1. Petilasan/Makam Ki Ageng Gribig.
Makam
ini terletak pada perbatasan antara Kec. Kedungkandang (desa Madyopuro)
dengan Kec. Tumpang dan Kec. Tajinan. Ki Ageng Gribig dipercaya sebagai
orang linuwih yg menumbali/memagari Kota Malang. Ditempat ini energi
positif terasa begitu kuat. Ketika kita bersemedi atau berdzikir
ditempat ini, tak jarang cahaya kebiru-biruan terlihat disekitar makam.
Para pelaku supranatural sering melakukan olah laku ataupun menarik
benda pusaka di tempat ini. Meskipun tempat ini mempunyai energi
positif, namun tak jarang para pelaku supranatural di ganggu oleh jin
jail disekitar tempat ini.
Pada
Peringatan malam 1 syuro, Bpk walikota/bupati selalu mengadakan
pertunjukan wayang kulit di tempat ini. menurut pengamatan orang yang
pernah ke tempat tersebut, terdapat satu pusaka yg tertancap didalam
pohon yg belum diambil/ditarik oleh para pelaku spiritual, entah
mengapa..
2. Kali (sungai) Metro.
Kali
metro adalah anak Kali Brantas yang terletak di sepanjang Kecamatan
Sukun sampai Kota Kepanjen Kab. Malang, namun tempat yg energinya terasa
kuat berada di dsn. Bebekan ds. Bandulan Kec Sukun. Pada malam2
tertentu terutama pada bulan syuro, kita bisa menjumpai para pelaku
supranatural yg melakukan tapa kungkum (berendam) untuk menyucikan diri
dan untuk menambah ato memperoleh kekuatan supranatural. mereka yg
melakukan tapa kungkum (berendam) tidak hanya bangsa manusia namun juga bangsa jin(pada malam 1 s/d malam 10 syuro).
Di
desa bebekan terdapat seorang linuwih yg beraliran kejawen yg dikenal
dng nama "Eyang Pipo" beliau berumur kurang lebih antara 55-63th. Nara
sumber (penulis sebelumnya) sempat mampir bersilaturahmi ke rumah Eyang
Pipo, merasakan energi yg begitu kuat pada Beliau yg sengaja
ditutup-tutupi (dikunci agar orang lain tidak tahu). beliau mempunyai
beberapa murid dr berbagai kota. Murid - murid ini berkumpul 1 th sekali
yaitu pada malam 1 syuro ato pada tgl 1 syuro(malam hari).
3. Candi Singosari / Candi Kendedes.
Candi
Singosari terletak di desa Candi Renggo Kecamatan Singosari, Malang.
Cara pembuatan candi Singhasari ini dengan sistem menumpuk batu andhesit
hingga ketinggian tertentu selanjutnya diteruskan dengan mengukir dari
atas baru turun ke bawah. (Bukan seperti membangun rumah seperti saat
ini).Candi ini berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari,
Kabupaten Malang, (sekitar 10km dari Kota Malang) terletak pada lembah
di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna di ketinggian 512m dari
permukaan laut.
Berdasarkan
penyebutannya pada Kitab Negarakertagama pupuh 37:7 dan 38:3 serta
Prasasti Gajah Mada bertanggal 1351 Masehi di halaman komplek candi,
candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir,
Sang Kertanegara, yang mangkat pada tahun 1292 akibat istana diserang
tentara Kediri. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
Candi Singosari atau yang sering disebut dengan nama Candi Ken Dedes. Candi Singosari merupakan tempat dimakamkannya Raja Kertanegara ( 1268 - 1292 ) sebagai Bhirawa atau dewa Syiwa dalam bentuk ganas.
Candi Singosari atau yang sering disebut dengan nama Candi Ken Dedes. Candi Singosari merupakan tempat dimakamkannya Raja Kertanegara ( 1268 - 1292 ) sebagai Bhirawa atau dewa Syiwa dalam bentuk ganas.
Komplek
percandian menempati areal 200m×400m dan terdiri dari beberapa candi.
Di sisi barat laut komplek terdapat sepasang arca raksasa besar (tinggi
hampir 4m, disebut dwarapala) dan posisi Gada (Senjata ) menghadap
kebawah, ini menunjukkan meskipun penjaganya raksasi "RAKSASA" tapi
masih ada rasa kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup dan ungkapan
selamat datang bagi semuanya. Dan posisi arca ini hanya ada di
Singhasari, tidak ada di tempat ataupun kerajaan lainnya. Dan di
dekatnya arca Dwarapala terdapat alun-alun. Hal ini menimbulkan dugaan
bahwa candi terletak di komplek pusat kerajaan. Letak candi Singhasari
yang dekat dengan kedua arca dwarapala menjadi menarik ketika dikaitkan
dengan ajaran Saiwa yang mengatakan bahwa dewa Siwa bersemayam di puncak
Kailasa dalam wujud lingga, batas Timur terdapat gerbang dengan Ganesha
atau Ganapati sebagai penjaganya, gerbang Barat dijaga oleh Kala dan
Amungkala, gerbang Selatan dijaga oleh Resi Agastya, gerbang Utara
dijaga oleh Batari Gori. Karena letak candi Singhasari yang sangat dekat
dengan kedua arca tersebut yang terdapat pada jalan menuju ke gunung
Arjuna, penggunaan candi ini diperkirakan tidak terlepas dari keberadaan
gunung Arjuna dan para pertapa yang bersemayam di puncak gunung ini
pada waktu itu.
Bangunan
candi utama dibuat dari batu andesit, menghadap ke barat, berdiri pada
alas bujursangkar berukuran 14m×14m dan tinggi candi 15m. Candi ini kaya
akan ornamen ukiran, arca, dan relief. Di dalam ruang utama terdapat
lingga dan yoni. Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara (dulu berisi
arca Durga yang sudah hilang), timur yang dulu berisi arca Ganesha,
serta sisi selatan yang berisi arca Siwa-Guru (Resi Agastya). Di komplek
candi ini juga berdiri arca Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan, yang
sekarang ditempatkan di Museum Nasional, Jakarta. Arca-arca lain berada
di Institut Tropika Kerajaan, Leiden, Belanda, kecuali arca Agastya.
Tak
jauh dari candi ini terdapat sebuah kolam sumber air Pemandian Watu
Gedhe yg dipercaya sebagai tempat mandi Raja Singosari. Tempat ini
mempunyai aura pengasihan yg kuat. Beberapa orang percaya Ritual Kungkum
pada malam2 tertentu di tempat ini, dipercaya berguna untuk
meningkatkan kharisma dan wibawa seorang laki-laki.
4. Museum Brawijaya.
Beberapa
kejadian aneh di dalam dan sekitar Museum Brawijaya. Konon, sebuah trim
pada malam hari terlihat melintas dan berhenti di Museum Brawijaya
(cerita dari masyarakat Sukun, Malang).
5. Pesarean / Makam Gunung Kawi.
Gunung
Kawi terletak pada ketinggian 2.860 meter dari permukaan laut, terletak
di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Wonosari,
sekitar 40 km sebelah barat Kota Malang. Dulu daerah ini disebut Ngajum.
Namanya berubah menjadi Wonosari karena di tempat ini terdapat obyek
wisata spiritual. Wono diartikan sebagai hutan, sedangkan Sari berarti
inti. Namun bagi warga setempat, Wonosari dimaksudkan sebagai pusat atau
tempat yang mendatangkan rezeki. Kecamatan Wonosari memiliki luas
hampir 67 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk 43 ribu jiwa. Tempat
ini berkembang menjadi daerah tujuan wisata ziarah sejak tahun 1980-an.
Sebenarnya
bukanlah Gunung Kawi-nya yang membuat tempat ini terkenal, tetapi
adanya sebuah kompleks pemakaman di lereng selatan yang dikeramatkan,
yaitu makam Eyang Kyai Zakaria alias Eyang Jugo, dan Raden Mas Imam
Sujono, alias Eyang Sujo. Penduduk setempat menyebut area pemakaman
tersebut dengan nama "Pesarean Gunung Kawi".
Pesarean yang terletak di ketinggian sekitar 800 m ini walaupun berada
di lereng gunung, namun mudah dijangkau, karena selain jalannya bagus,
banyak angkutan umum yang menuju ke sana. Dari terminal Desa Wonosari,
perjalanan diteruskan dengan berjalan mendaki menyusuri jalan bertangga
semen yang berjarak kira-kira 750 m. Sepanjang perjalanan mendaki ini
dapat dijumpai restoran, hotel, kios souvenir dan lapak-lapak yang
menjual perlengkapan ritual. Setelah melewati beberapa gerbang, di ujung
jalan didapati sebuah gapura, pintu masuk makam keramat. Makam yang
menjadi pusat dari kompleks Pesarean Gunung Kawi. Makam yang menjadi
magnet untuk menarik puluhan ribu orang datang setiap tahunnya.
Mitos Pesugihan
Gunung
Kawi memang dikenal sebagai tempat untuk mencari kekayaan (pesugihan).
Konon, barang siapa melakukan ritual dengan rasa kepasrahan dan
pengharapan yang tinggi maka akan terkabul permintaanya, terutama
menyangkut tentang kekayaan.
Mitos ini diyakini banyak orang,
terutama oleh mereka yang sudah merasakan "berkah" berziarah ke Gunung
Kawi. Namun bagi kalangan rasionalis-positivis, hal ini merupakan isapan
jempol belaka.
Mitos dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai
cerita bohong, kepalsuan, dan hal-hal yang berbau dongeng (tahayul).
Dalam bahasa Inggris, myth yang mengadopsi bahasa Latin mythus
berarti penuturan khayali belaka. Antropolog memandang mitos sebagai
sesuatu yang diperlukan manusia untuk menjelaskan alam lingkungan di
sekitarnya, dan juga sejarah masa lampaunya. Dalam hal ini, mitos
dianggap sebagai semacam
pelukisan atas kenyataan dalam bentuk yang
disederhanakan sehingga dipahami oleh awam (Ruslani, 2006: 5). Namun
mitos, bagi kalangan penganut strukturalisme-fungsional juga dianggap
penting karena berfungsi sebagai penyedia rasa makna hidup yang membuat
orang yang
bersangkutan tidak menjadi sia-sia hidupnya. Perasaan
bahwa hidup ini berguna dan bertujuan lebih tinggi daripada pengalaman
keseharian merupakan unsur penting dalam kebahagiaan.
Biasanya
lonjakan masyarakat yang melakukan ritual terjadi pada hari Jumat Legi (
hari pemakaman Eyang Jugo) dan tanggal 12 bulan Suro (memperingati
wafatnya Eyang Sujo). Ritual dilakukan dengan meletakkan sesaji,
membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan
hingga berbulan-bulan.
Di dalam bangunan makam, pengunjung tidak
boleh memikirkan sesuatu yang tidak baik serta disarankan untuk mandi
keramas sebelum berdoa di depan makam. Hal ini menunjukkan simbol bahwa
pengunjung harus suci lahir dan batin sebelum berdoa.
No comments:
Post a Comment